Bumi
tanpa cahaya mati? Begitulah jika manusia hidup tanpa adanya listrik yang
membantu aktivitas manusia dalam segala hal. Kini, listrik semakin hari akan
semakin berkurang yang mengakibatkan manusia semakin sulit dalam melakukan
berbagai aktivitas. Listrik sudah menjadi napas kehidupan masyarakat Bali.
Hambar rasanya jika di Bali tidak ada listrik. Tentunya kita harus melakukan
berbgai hal dalam mengahadapi masalah tersebut. Bali merupakan daerah yang
terkenal dengan tempat pariwisata. Banyak berdirinya gedung-gedung mewah seperti
hotel bintang lima, restaurant, diskotik dan juga tempat-tempat lainnya. Tidak
sedikit listrik yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi listrik
masyarakat di Bali. Seperti yang telah
disampaikan Mangku Pastika yang mengatakan proyek geothermal yang dilakukan di
Bedugul gagal dilakukan karena ia kurang setuju dalam proyek geothermal. Banyak kontra yang mengeluhkan dengan adanya
proyek yang dilaksanakan di Bedugul. Meghilangkan
keasrian, keindaha, keajegan, dan lain-lainnya yang mengnganggap pembangun
geothermal kurang baik. Tentunya bagaimana manusia melestarikan alam bukan
mengkambing hitamkan geotherman yang menjadi korban.
Ada
beberapa pihak yang tidak setuju dengan pembangunan geothermal di Bedugul..
Salah satunya dari I Putu Gede Sutharyana Tubuh Wibawa,S.pd.. Beliau menulis
opini “ Pilih listrik atau Alam Bali
“Marah” hanya, disisi lain paham Tri Hita Karana dan Ajeg Bali yang telah
tumbuh dan menjadi karakter masyarakat Bali? Tentu tidak dapat dipandang sebelah mata. Mari kita
berandai-andaikan proyek geothermal itu jadi dilaksanakan. Bedugul yang mulanya
indah, tentu sedikit demi sedikit berubah menjadi sebuah kawasan PLTB yang
modern dan penuh dengan truk lalu lalang melintasi kawasan itu. Pohon-pohon
ditebang dan berpotensi mengurangi produksi air untuk Bali. Penggunaan mesin
dan pengeboran panas bumi yang dalam memicu pemanasan local bahkan global.
Bedugul yang menjadi kawasan wisata lambat laun akan ditinggalkan karena tidak
sejuk dan tidak asri lagi. Nuansa sacral upacara keagamaan akan semakin
berkurang karena terganggu aktivitas pengeboran. Satu lagi, hal yang paling
ditakutkan tentu kesalahan teknis fatal sebagaimana sumburan lumpur lapindo
Sidoarjo.
Memang
benar Bali dengan paham Tri Hita Karana dan ajeg Bali yang telah menkjadi
karakter masyarakat Bali. Jika kita simak mengenai pendapat yang menganggap
bahwa proyek geothermal di Bedugul mejadikan Bedugul yang mulanya indah menjadi
kawasan PLTG ? Lebih baik seperti itu? Jika kehidupan masyarakat Bali menjadi
lebih baik. Proyek geothermal dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
terhadap energi listrik. Jika kita lihat Bali adalah tempat pariwisata yang
penuh dengan gedung-gedung yang tinggi dan besar yang menggunakan listrik yang tidak
sedikit pula. Hotel-hotel yang banyak yang ada di Bali memiliki kapasitas yang
sangat tinggi dalam penggunaan energi listrik. Setiap tahunnya penggunaan
listriknya naik hingga 10% per tahun yang diutarakan Mangku Pastika. Menganggap dalam proyek pembangunan
geothermal akan merusak keindahan dan keasrian Bedugul? itu bukan masalah yang sangat
besar karena jika dikelola dengan baik maka hal seperti itu akan tidak terjadi.
Jika tdak dicoba maka tidak akan tahu hasilnya.
Dalam
hal ini, sebaiknya proyek geothermal tetap dilaksanakan demi mengatasi kekurangan
energi listrik yang ada di Bali. Seperti yang dicanakan Menteri ESDM yang
mengatakan bahwa dalam mengatasi kekurangan energi lisrik yang ada di Bali adalah
dengan proyek geothermal. Mengapa begitu? Karena saat ini Bali semakin tahun
harus memerlukan energi lisrik yang cukup banyak. Bali adalah tempat pariwisata
yang memiliki gedung-gedung yang sangat tinggi. Seperti hal hotel dan juga
rumah sakit yang memerlukan energi listrik yang lumayan cukup banyak dalam
mengoperasikan semua yang berkaitan dengan listrik. Bedugul akan tetap indah
bila geothermal dikelola dengan baik dan secara signifikan. Maka dari itu
solusi yang paling baik ialah menerapkan geothermal di Bedugul untuk memenuhi
kebutuhan energi listrik di Bali.
Tidak
ada salahnya jika proyek geothermal di Bedugul
jadi dilaksanakan. Coba kita pikirkan apa yang akan terjadi jika Bali
kekurangan energi listrik. Mengingat kebutuhan listrik di Bali semkin meningkat
pertahunnya. Jadi masikah kita harus menghalangi kebutuhan yang sangat penting
ini? Apakah nanti Bali tidak adanya energi listrik atau Bali harus secara
bergiliran untuk menggunakan energi listrik seperti yang pernah terjadi. Entahlah
apa yang akan terjadi jika menganggap royek geothermal bukan solusi yang
terbaik.
Demi
mencapai kebutuhan energi listrik yang optimal maka jalan satu-satunya ialah proyek
geothermal jadi dilakukan karena mengingat kebutuhan listrik di Bali semakin meningkat. Maka dari itu kita harus secepatnya
melakukan antisipasi agar tidak adanya kekurangan dalam energy listrik. Bali
yang merupakan tempat pariwisata yang menggunakan energi listrik yang lumayan
sangat banyak tidak mungkin kan tempat pariwisata harus adanya pemadaman
listrik secara giliran atau Bali tidak adanya listrik. Bukan keasrian dan
kelestaian yang menjadi penghalang dalam proyek geothermal.
Jadi,
tidak ada salahnya kita melaksanakan proyek geothermal untuk membantu peningkatan
penggunaan energi listrik Bali semakin meningkat pertahunnya. Toh, proyek
geothermal ini demi kepentingan Bali dan proyek ini sangat bermanfaat bagi
masyarakat Bali dan kehidupan Bali. Tidak akan adanya pemadaman atau
pengurangan dalam penggunaan energi listrik seperti yang terjadi jika
geothermal tetap dilaksnakan. Untuk itu, Wisatawan yang datang ke Bali baik
domestik dan manca Negara akan merasa nyaman datang ke Bali. Tidak akan adanya
pengeluhan mengenai energi listrik yang melanda Bali. Namun, jika proyek
tersebut sudah dicanangkan kita juga harus menjaga geothermal agar tidak
terjadi hal yang tidak diingingkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar